Jakarta – Tahun ini menjadi tahun yang penting bagi Indonesia. Bukan hanya terkait dengan Pemilu, tetapi tahun 2024 diperkirakan sebagai tahun puncak keberadaan bonus demografi di Indonesia.
Indonesia telah mengalami bonus demografi sejak tahun 2012 dan puncaknya diperkirakan terjadi pada periode 2020-2035. Bank of Japan dalam laporannya Demographic Changes in Asia and Japan’s Economic and Financial Developments memperkirakan puncak dari demografi Indonesia adalah pada 2025.
Bonus demografi merujuk pada kondisi di mana jumlah usia penduduk produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan usia nonproduktif. Survei penduduk 2020 menunjukkan jumlah usia produktif Indonesia menembus 191,08 juta atau 70,72% dari total penduduk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sayangnya, bonus demografi ini belum diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang mumpuni. Padahal, syarat menjadi negara maju bukan sekedar pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Buktinya, Human Development Index (HDI) United Nation Development Program (UNDP) menempatkan Indonesia di urutan 114 dari 191 negara pada 2021.
Peringkat Indonesia naik sedikit pada 2020 yakni 116. Namun, Indonesia kalah jauh dibandingkan negara ASEAN lain seperti Singapura yang berada pada urutan 12, Malaysia 62, atau Thailand 66.
Maka masalah ini menjadi tantangan besar bagi presiden terpilih kelak. Dari hasil Pemilu, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjadi pemimpin yang unggul. Jika berjalan mulus berdasarkan perhitungan KPU, maka keduanya akan menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia.
Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengaku telah memetakan 8 tantangan yang menjadi dasar penyusunan visi-misi pasangan calon presiden dan wakil presiden tersebut.
Pemanfaatan bonus demografi menjadi salah satu tantangan yang mendesak untuk diselesaikan. Jika tidak, maka sulit Indonesia keluar dari middle income trap.
Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Drajad Prabowo menyebut Indonesia tinggal mempunyai waktu 13 tahun tersisa untuk menikmati bonus demografi. Kalau bonus tersebut tidak bisa dimanfaatkan, maka Indonesia akan berpotensi menjadi negara berpenduduk tua dengan pendapatan menengah.
“Mungkin yang banyak belum menyadari, kita hanya punya waktu sekitar 13 tahun untuk memanfaatkan bonus demografi kita. Kalau enggak, kita nanti keburu tua sebelum sempat kaya,” kata Drajad dalam acara Your Money Your Vote di CNBC Indonesia, dikutip Senin (19/2/2024).
Karena itu, Drajad mengatakan Prabowo-Gibran ingin melakukan gerak cepat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan. Dengan demikian, kata dia, maka visi-misi Indonesia Maju 2045 akan bisa terlaksana.
“Ini harus kita percepat, karena itu tadi visi-misi yang kita punya itu mencapai Indonesia emas 2045 jadi harus kita manfaatkan betul,” ujar dia.
Prabowo yang kini masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan telah menegaskan komitmennya untuk memanfaatkan bonus demografi untuk mencapai Indonesia emas 2024. Terkait dengan hal ini, dia menegaskan bahwa kehidupan negara demokrasi yang dicita-citakan oleh pendiri bangsa-bangsa kita adalah negara yang berkedaulatan rakyat, dimana rakyat menentukan masa depannya sendiri. Kuncinya adalah membangun suatu bangsa agar kesejahteraan lebih merata.
“Ekonomi Pancasila menurut saya yaitu prinsip-prinsip ekonomi yang harus berdasarkan Pancasila, berdasarkan asas-asas religius. Berarti ajaran keserakahan tidak cocok sama kita. Yang lemah harus kita angkat, yang kuat membantu yang lemah,” kata Prabowo dalam pidatonya.
“Selain itu ekonomi kita harus mewujudkan persatuan nasional. Satu untuk semua, semua untuk satu. Ekonomi yang berpihak kepada kepentingan nasional dan kerakyatan. Harus ada keberpihakan kepada yang lemah dan miskin. Serta ekonomi yang harus menuju keadilan sosial,” tegasnya.
Penulis : haa
Editor : Iqbal
Sumber Berita : cnbc